TUGAS KELOMPOK
MANAJEMEN AGRIBISNIS
BAWANG MERAH
KELOMPOK
4
TRI SULTAN EFENDI
VICO REYNOLDS BANGUN
DIAN PURWANTI
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Bawang
merah merupakan komoditi holtikultura yang tergolong sayuran rempah. Sayuran
rempah ini banyak dibutuhkan terutama sebagai pelengkap bumbu masakan guna
menambah cita rasa dan kenikmatan makanan.
Bawang
merah tergolong tanaman semusim atau setahun. Tanamannya berbentuk rumpun.
Akarnya serabut. Batangnya pendek sekali yang hampir tidak tampak. Daunnya
memanjang dan berbentuk silindris. Pangkal daun berunah bentuk dan fungsinya,
yakni membengkak membentuk umbi lapis. Umbi tersebut dapat membentuk tunas baru
yang kemudian tumbuh membesar dan dewasa membentuk umbi kembali. Karena sifat
pertumbuhannya yang demikian maka dari satu umbi dapat membentuk rumpun tanaman
yang berasal dari hasil peranakan umbi.
Tanaman
bawang merah lebih banyak dibudidayakan di daerah dataran rendah yang beriklim
kering dengan suhu yang agak panas, dan cuaca cerah. Tanaman ini tidak menyukai
tempat-tempat yang tergenang air, apalagi becek.
Bawang
merah tergolong komoditi yang mempunyai nilai jual tinggi di pasaran. Keadaan
ini berpengaruh baik terhadap perolehan pendapatan. Apalagi didukung dengan
cepatnya perputaran modal usaha bawang merah. Pada umur 60-70 hari tanaman
sudah bisa dipanen. Dengan demikian keuntungan bisa diraih dengan cepat dalam
waktu relatif singkat.
Profil
usahatani bawang merah terutama dicirikan oleh 80% petani yang merupakan petani
kecil dengan luas lahan usaha < 0.5 ha. Berbagai varietas bawang merah yang
diusahakan petani diantaranya adalah Kuning (Rimpeg, Berawa, Sidapurna, dan
Tablet), Bangkok Warso, Bima Timor, Bima Sawo, Bima Brebes, Engkel, Bangkok,
Philippines dan Thailand. Sementara itu, varietas bawang merah yang lebih
disukai petani untuk ditanaman pada musim kemarau adalah varietas Philippines
(impor). Puncak panen bawang merah di Indonesia terjadi hampir selama 6-7 bulan
setiap tahun, dan terkonsentrasi antara bulan Juni-Desember-Januari, sedangkan
bulan kosong panen terjadi pada bulan Pebruari-Mei dan November. Berdasarkan
pengamatan tersebut, musim tanam puncak diperkirakan terjadi pada bulan
April-Oktober.
Beberapa komponen
teknologi budidaya tanaman bawang merah yang telah dihasilkan oleh lembaga
penelitian, antara lain: (a) tiga varietas unggul bawang merah yang sudah
dilepas, yaitu varietas Kramat-1, Kramat-2 dan Kuning, (b) budidaya bawang
merah di lahan kering maupun lahan sawah, secara monokultur atau tumpang
sari/gilir, (c) komponen PHT - budidaya tanaman sehat, pengendalian secara
fisik/mekanik; pemasangan perangkap; pengamatan secara rutin; dan penggunaan
pestisida berdasarkan ambang pengendalian, serta (d) bentuk olahan - tepung dan
bubuk..
Substansi pengembangan
agribisnis bawang merah diarahkan pada (a) pengembangan ketersediaan benih
unggul, (b) pengembangan sentra produksi dan perluasan areal tanam, serta (c)
pengembangan produk olahan
Bawang merah ( Allium
ascalonicum) merupakan komoditas hortikultura yang memiliki banyak manfaat dan
bernilai ekonomis tinggi serta mempunyai prospek pasar yang menarik. Selama ini
budidaya bawang merah diusahakan secara musiman (seasonal), yang pada umumnya dilakukan
pada musim kemarau (April-Oktober), sehingga mengakakibatkan produksi dan
harganya berfluktuasi sepanjang tahun.
Untuk
mencegah terjadinya fluktuasi produksi dan fluktuasi harga yang sering
merugikan petani, maka perlu diupayakan budidaya yang dapat berlangsung
sepanjang tahun antara lain melalui budidaya di luar musim (off season). Dengan
melakukan budidaya di luar musim dan membatasi produksi pada saat bertanam
normal sesuai dengan permintaan pasar, diharapkan produksi dan harga bawang
merah dipasar akan lebih stabil.
1.2.
Tujuan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pengembangan
agribisnis bawang merah mulai dari hulu, onfarm, hingga hilir yang meliputi
proses pemilihan bibit unggul, budidaya hingga pemasaran.
II.
KEADAAN
UMUM
2.1.
HULU
Bawang merah atau
Brambang (Allium ascalonicum L.)
adalah nama tanaman dari familia Alliaceae dan nama
dari umbi yang dihasilkan. Umbi dari tanaman bawang merah merupakan bahan utama
untuk bumbu dasar masakan Indonesia.
Bawang merah
merupakan bagian penting dari bumbu masakan, baik untuk masakan
rumah tangga, restoran maupun industri makanan, di samping
itu bawang merah juga bisa di manfaatkan sebagai obat herbal. Bawang merah
memiliki nama lokal di antaranya: Bawang abang mirah
(Aceh), Bawang abang (Palembang), Dasun merah (Minangkabau),
Bawang suluh (Lampung), Bawang beureum (Sunda), Brambang abang
(Jawa), Bhabang merah (Madura), dan masih banyak lagi yang lainnya,
masing-masing daerah memiliki sebutan tersendiri.
Bawang merah
adalah tanaman semusim dan memiliki umbi yang berlapis. Tanaman mempunyai akar serabut, dengan daun berbentuk
silinder berongga. Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk
batang yang berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis.
Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan
bersatu. Umbi bawang merah bukan merupakan umbi sejati seperti kentang atau talas.
Bawang goreng
adalah bawang merah yang diiris tipis dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak. Pada umumnya, masakan Indonesia berupa soto dan sup menggunakan
bawang goreng sebagai penyedap sewaktu dihidangka.bawang goreng merupakan bumbu
yang paling sering di gunakan orang indonesia untuk membuat masakan.
Umbi bawang merah dan bawang bombay dikenal dapat
menginduksi keluarnya air mata apabila diiris. Hal ini disebabkan reaksi
berantai yang terjadi dalam sel-sel
umbinya. Apabila umbi lapis diiris, sel-selnya
akan pecah dan melepaskan berbagai senyawa yang terkandung di dalamnya. Dua
senyawa yang terlepas di antaranya adalah enzim allinase and asam amino. Allinase yang bertemu dengan asam amino yang mengandung belerang
(sulfoksida, yaitu sistein dan metionin) akan melepaskan asam sulfenat (R-SOH). Asam sulfenat bersifat tidak
stabil dan segera berubah menjadi tiosulfinat [R-S(O)-S-R']. Tiosulfinatlah yang
bertanggung jawab atas aroma khas bawang. Selain menjadi tiosulfinat, asam
sulfenat yang bertemu dengan enzim lain, LF-sintase (LF singkatan dari
lacrymatory factor: "faktor air mata"), akan diubah menjadi
syn-propanethial-S-oxide yang berwujud gas. Apabila gas
ini mengenai kornea mata, signal dikirim sebagai gangguan pada mata dan mata
akan berkedip-kedip serta mengeluarkan air mata untuk "mengusir"
pengganggu ini.
2.1.1
Syarat Tumbuh
Bawang Merah menyukai
daerah yang beriklim kering dengan suhu agak panas dan mendapat sinar matahari
lebih dari 12 jam. Bawang merah dapat tumbuh baik didataran rendah maupun
dataran tinggi (0-900 mdpl) dengan curah hujan 300 - 2500 mm/th dan suhunya 25
derajat celcius - 32 derajat celcius. Jenis tanah yang baik untuk budidaya
bawang merah adalah regosol, grumosol, latosol, dan aluvial, dengan pH 5.5 - 7.
2.1.2
Benih
Penggunaan
Benih bermutu merupakan syarat mutlak dalam budidaya bawang merah. Varietas
bawang merah yang dapat digunakan adalah Bima, Brebes, Ampenan, Medan, Keling,
Maja Cipanas, Sumenep, Kuning, Timor, Lampung, Banteng dan varietas lokal
lainnya. Tanaman biasanya dipanen cukup tua antara 60 -80 hari, telah diseleksi
dilapangan dan ditempat penyimpanan. Umbi yang digunakan untuk benih adalah
berukuran sedang, berdiameter 1,5 - 2 cm dengan bentuk simetris dan telah
disimpan 2-4 bulan, warna umbi untuk lebih mengkilap, bebas dari organisme
penganggu tanaman.
2.1.3
Penyiapan
Lahan
Pengolahan tanah dilakukan pada saat tidak hujan 2 - 4 minggu
sebelum tanam, untuk menggemburkan tanah dan memberik sirkulasi udara dalam
tanah. Tanah dicangkul sedalam 40 cm. Budidaya dilakukan pada bedengan yang
telah disiapkan dengan lebar 100-200 cm, dan panjang sesuai kebutuhan. Jarak
antara bedengan 20-40 cm.
2.1.4
Penanaman
Penanaman dilakukan pada akhir musim hujan, dengan jarak
tanam 10-20 cm x 20 cm. Cara penanamannya; kulit pembalut umbi dikupas terlebih
dahulu dan dipisahkan siung-siungnya. Untuk mempercepat keluarnya tunas,
sebelum ditanam bibit tersebut dipotong ujungnya hingga 1/3 bagian. Bibit
ditanam berdiri diatas bedengan sampai permukaan irisan tertutup oleh lapisan
tanah yang tipis.
2.1.5
Pemeliharaan
1. Penyiraman
dapat menggunakan gembor atau sprinkler, atau dengan cara menggenangi air
disekitar bedengan yang disebut sistem leb. Pengairan dilakukan secara
teratur sesuai dengan keperluan tanaman, terutama jika tidak ada hujan.
2. Pemupukan
: Pupuk yang diberikan adalah pupuk kandang, dengan dosis 10 ton/ha, pupuk
buatan dengan dosis urea 100 kg/Ha, ZA 200 kg/Ha, TSP/SP-36 250 kg/ha. KCI 150
kg/ha (sesuai dengan kesuburan tanah)
3. Penyulaman,
dilakukan apabila dilapangan dijumpai tanaman yang mati. Biasanya dilakukan
paling lambat 2 minggu setelah tanam.
4. Pembumbunan
dan penyiangan, dilakukan bersamaan pada saat tanaman berumur 21 hari.
5. Pengendalian
OPT dilakukan tergantung pada serangan hama dan penyakit. Hama yang menyerah
tanaman bawang merah adalah ulat tanah, ulat daun, ulat grayak, kutu daun dan
Nematoda Akar.
Pengendalian
Hama dilakukan dengan cara:
1. Sanitasi
dan pembuangan gulma
2. Pengumpulan
larva dan memusnahkan
3. Pengolahan
lahan untuk membongkar persembunyian ulat
4. Penggunaan
Insektisida
5. Rotasi
Tanaman
Penyakit yang sering menyerang bawang merah adalh Bercak
Ungu, Embun Tepung, Busuk Leher Batang, Antraknose, Busuk Umbi, Layu Fusarium
dan Busuk Basah.
Pengendalian
penyakit dilakukan dengan cara:
1. Sanitasi
dan pembakaran sisa tanaman yang sakit
2. Penggunaan
benih yang sehat
3. Penggunaan
fungisida yang efektif
2.2. ONFARM (Panen dan Pasca Panen)
2.2.1
Panen
Panen dilakukan bila umbi sudah cukup umur sekitar 60 HST,
ditandai daun mulai menguning, caranya mencabut seluruh tanaman dengan
hati-hati supaya tidak ada umbi yang tertinggal atau lecet. Untuk 1 (satu)
hektar pertanaman bawang merah yang diusahakan secara baik dapat dihasilkan
10-15 ton.
Ø 60
- 90 % daun telah rebah, dataran rendah pemanenan pada umur 55-70 hari, dataran
tinggi umur 70 - 90 hari.
Ø Panen
dilakukan pada pagi hari yang cerah dan tanah tidak becek.
Ø Pemanenan
dengan pencabutan batang dan daun-daunnya. Selanjutnya 5-10 rumpun diikat
menjadi satu ikatan.
2.2.2
Pasca Panen
1) Penjemuran
dengan alas anyaman bambu. Penjemuran pertama selama 5-7 hari dengan bagian
daun menghadap ke atas, tujuannya mengeringkan daun. Penjemuran kedua selama
2-3 hari dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya untuk mengeringkan bagian
umbi dan sekaligus dilakukan pembersihan umbi dari sisa kotoran atau kulit
terkelupas dan tanah yang terbawa dari lapangan. Kadar air 89 atau 85 % baru
disimpan di gudang.
2) Penyimpanan,
ikatan bawang merah digantungkan pada rak-rak bambu. Aerasi diatur dengan baik,
suhu gudang 26-290C kelembaban 70-80%, sanitasi gudang.
3) Sebagai
negara agraris, Indonesia menghasilkan beragam jenis hasil bumi yang berpotensi
besar untuk dijadikan sebagai ladang usaha. Mulai dari produk pertanian sampai produk hortikultura,
semuanya memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Sehingga banyak masyarakat
yang membudidayakan berbagai produk pertanian dan hortikultura sebagai potensi
bisnis yang cukup menjanjikan.
4) Salah
satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat Indonesia
adalah Bawang merah (allium ascalonicum). Banyaknya manfaat yang dapat
diambil dari bawang merah dan tingginya nilai ekonomi yang dimiliki sayuran
ini, membuat para petani di berbagai daerah tertarik membudidayakannya untuk
mendapatkan keuntungan besar dari potensi bisnis tersebut.
5) Budidaya
bawang merah memang memberikan keuntungan cukup besar bagi para petaninya.
Mengingat saat ini kebutuhan pasar akan bawang merah semakin meningkat tajam,
seiring dengan meningkatnya jumlah pelaku bisnis makanan yang tersebar di
berbagai daerah.
2.3.
HILIR
(Aspek Pemasaran)
2.3.1
Produk Olahan
a. Bawang
goreng
Mungkin bawang goreng
tidak asing lagi bagi Anda. Produk ini banyak dibutuhkan dalam berbagai kuliner
nusantara. Misalnya untuk taburan pelengkap nasi goreng, soto, bakso dan
lain-lain. Tidak hanya itu bahkan beberapa kue tradisional menggunakan bawang goreng
sebagai penghias dan penyedap rasa. Misalnya kue ghasidah, kue tradisional
melayu yang dibentuk seperti kerucut kemudian pinggirnya digunting-gunting
sehingga membentuk sisik seperti kulit nanas. Selanjutnya pada bekas guntingan
tersebut diselipkan satu atau dua helai bawang goreng.
Mengingat banyaknya
fungsi bawang goreng dalam kuliner nusantara. Maka peluang usaha bawang goreng
ini juga akan semakin terbuka lebar. Mengingat, orang-orang mulai mencari
segala sesuatu yang praktis dan siap pakai.
Proses pengolahan
bawang goreng ini tidak terlalu sulit. Bahan-bahan yang dibutuhkan pun tidak
terlalu banyak. Dan sangat memungkinkan untuk dikembangkan dengan modal yang
minim. Saat ini sudah banyak kaum ibu yang mencoba mengembangkan usaha bawang
goreng ini dalam skala home industri. Jika Anda tertarik mengambil peluang ini,
mengapa tidak?
b. Bumbu
pasta instan
Apa yang dimaksud
dengan bumbu pasta instan? Bumbu pasta instan adalah bumbu siap saji yang
dibuat dalam bentuk pasta. Terbuat dari berbagai campuran bumbu dan rempah,
sesuai dengan kegunaan bumbu tersebut. Misalnya bumbu gulai, bumbu rendang,
bumbu semur dan sebagainya. Bumbu-bumbu yang dibutuhkan untuk masing-masing
kuliner tersebut sudah disatukan, dan dibuat dalam bentuk pasta. Jadi, ketika
Anda ingin memasak tidak perlu lagi menggiling cabe, bawang dan campuran
bumbunya. Karena bumbu pasta instan sudah tersedia dan siap digunakan langsung.
Bumbu pasta instan dewasa ini semakin dibutuhkan. Terutama untuk kaum ibu yang
sibuk dengan rutinitas kariernya dan tetap ingin menyajikan kuliner nusantara
yang kaya bumbu bagi keluarganya.
c. Tepung
bawang
Tepung bawang adalah
produk olahan dari bawang merah melalui proses pengeringan dan penggilingan
hingga berbentuk tepung. Proses pengolahan ini menghasilkan produk olahan
bawang instan berbentuk tepung yang siap pakai.
d. Bawang
giling
Produk olahan lain yang
mungkin dihasilkan dari umbi bawang ini adalah produk dalam bentuk bawang
giling. Bawang giling adalah produk olahan bawang yang dihasilkan melalui
proses penggilingan atau penghancuran dengan menggunakan blender. Produk ini
tidak tahan lama, namun memiliki keunggulan aroma dan cita rasanya yang alami.
2.3.2
Aspek Permintaan
Ø Dalam
Negeri
Permintaan
dalam negeri terhadap bawang merah datang dari berbagai sumber yaitu :
a) Dari pasar bawang merah segar untuk
memenuhi permintaan keperluan rumah tangga. Bawang merah merupakan tanaman
sayuran yang banyak digunakan oleh keluarga masyarakat Indonesia, terutama
sebagai bumbu penyedap masakan. Selain itu juga sering dipakai sebagai bahan
obat-obatan untuk penyakit tertentu.
b) Permintaan yang datang untuk
memenuhi keperluan industri olah lanjut yang menggunakan bawang merah sebagai
bahan baku misalnya untuk industri bawang goreng.
Besarnya
jumlah permintaan tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain
:
·
Harga
bawang yang berlaku di pasar enceran;
·
Pendapatan
rumah tangga;
·
Harga
bawang yang berlaku di pasar enceran;
·
Harga
barang komplemen yang lain;
·
Harga
barang turunan dari produk bawang merah;
·
Hari-hari
besar di mana permintaan terhadap bawang merah segar cendrung meningkat.
Ø Luar
Negeri
Besarnya permintaan terhadap bawang merah yang datang dari
luar negeri dapat dilihat dari kecendrungan meningkatnya ekspor mata dagangan
ini. Permintaan ekspor tersebut
sebenarnya cukup tinggi, tetapi kendala yang dihadapi oleh eksportir di
Indonesia adalah pada kemampuan berproduksi yang kontinyu dalam jumlah besar. Negara
tujuan ekspor terbatas di Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Sedangkan
impor bawang merah terutama dari Cina, Phlipina dan Vietnam.
2.3.3
Aspek Penawaran
Besarnya jumlah penawaran bawang
merah sangat dipengaruhi oleh faktor sebagai berikut :
a. Ketersediaan lokasi yang sangat
cocok untuk bercocok tanam bawang merah dan atau luas panen;
b. Iklim;
c. Teknologi budidaya;
d. Harga faktor produksi.
Besarnya penawaran bawang merah
dapat dikaitkan dengan produksi bawang merah di Indonesia yang hampir tersebar
di seluruh wilayah Indonesia. Produk bawang merah mengalami kenaikan dengan trend
yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1990 produksi bawang
merah Indonesia mencapai 495.183 ton dan meningkat menjadi 509.013 ton pada
tahun 1991. Daerah penghasil bawang
merah terbesar adalah Pulau Jawa terutama Jawa Tengah dengan produksi 155.365
ton pada tahun 1991, disusul Jawa Timur sebesar 127. 190 ton dan Jawa Barat
87.680 ton pada tahun yang sama. Daerah lain di pulau Jawa yaitu di Sumatera
Utara (terutama di Pulau Samosir, danau Toba), Bali, Lombok, Lampung, Jambi,
Bengkulu, Sumatera Selatan, Aceh, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan daerah lain.
Untuk tingkat Kabupaten, Brebes
merupakan daerah penghasil terbanyak dengan jumlah 110.627 ton atau sekitar 22%
dari total produksi seluruh Indonesia. Permintaan
terhadap bawang merah terbesar dari rumah tangga (keluarga, restoran, hotel dan
lain-lain). Bilamana jumlah produksi bawang merah dalam negeri dianggap kurang
memenuhi besarnya permintaan, kekurangan pasokan dimaksud dipenuhi oleh impor
bawang merah dari luar negeri khususnya berasal dari (Filipina, Taiwan, China).
Harga bawang merah di dalam merah
negeri mengalami fluktuasi sesuai dengan kondisi penawaran dan permintaan pada
saat itu. Tingginya nilai tukar dollar Amerika terhadap Rupiah memperngaruhi
semua harga komodoti pertanian termasuk bawang merah. Pada saat sekarang, harga
rata-rata bawang lokal di beberapa daerah produsen sekitar Rp. 6.000 - Rp.
8.000 per kg untuk bawang kering konsumsi. Sedangkan untuk bawang bibit
berkisar Rp. 10.000 - 12.500 per kg. Harga ini bervariasi dari satu daerah ke
daerah lain, sehingga arus perdagangan bawang merah dapat beralih dari Jawa ke
Sumatera
Tanaman
Bawang
|
Bibit
|
Umbi
Konsumsi
|
1. Teknik
pemanenan
(umur,
cara, alat)
2. Sortasi/grading
3. Curing/pelayuan
4. Pengeringan
5. Pengemasan
6. Pengangkutan
7. Penyimpanan
|
1. Bawang
goreng
2. Bumbu
pasta instan
3. Tepung
bawang
4. Bawang
giling
|
Segar
|
Olahan
|
III. PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pengembangan
agribisnis bawang diarahkan untuk: (1) mencukupi kebutuhan konsumsi dalam
negeri, (2) memenuhi kebutuhan bahan baku industri, (3) substitusi impor, dan (4)
mengisi peluang pasar ekspor. Strategi yang ditetapkan untuk mencapai tujuan
dan sasaran tersebut meliputi :
1. Strategi
pengembangan di lini on-farm mencakup: perakitan varietas unggul,
penguatan sistem produksi benih sumber, pengelolaan hara dan air terpadu,
pengendalian hama penyakit terpadu, serta perbaikan mutu dan daya simpan
produk. Berdasarkan prioritas pengembangan yang menitikberatkan pada perbaikan
varietas serta didukung oleh percepatan diseminasinya kepada pengguna,
langkah-langkah strategis tersebut diarahkan untuk meningkatkan efisiensi
usahatani bawang merah dan daya saing produk.
2. Strategi
pengembangan di lini off-farm yang diawali dengan perbaikan teknologi
pengolahan untuk mendukung pengembangan industri hilir bawang merah (skala
rumah tangga maupun industri), misalnya industri irisan kering, irisan
basah/utuh, pickles/acar, bawang goreng, bubuk bawang merah, tepung bawang
merah, oleoresin, minyak bawang merah, pasta dsb. Pengembangan industri hilir
diarahkan untuk meningkatkan efisiensi pengolahan bawang merah.